Loading...
Aku mulai usaha ini dari skala terkecil. Bahasa orang sekarang, ngasong. Persis seperti yang lu ajarin ke anak-anak lu Jay.
Cuma barang jualannya aja beda. Dulu aku jualan telur ayam (ras), dari ayam-ayam yang aku pelihara sendiri.
Aku tahu persis, bagaimana rasanya ditolak oleh calon pelanggan yang aku datangi rumahnya.
Seringkali malah diusir oleh yang bukan pemilik rumah, tapi – maaf, - pembantu rumah tangga, atau bahkan anjing peliharaannya. Dan aku rasa, semua sales hebat pernah mengalaminya.
Atas izinNya, usaha ini membesar. Awalnya aku keliling, tapi seiring berjalannya waktu, aku jadikan rumahku sebagai warung.
Sebelumnya, sudah ada kandang ayam ras penghasil telur. Di rumah itu, para pelanggan ‘bule’ datang dan mereka menemukan suasana belanja yang berbeda dibanding dengan kebanyakan warung saat itu.
Kebersihannya terjaga baik. Bau dari kandang tidak masuk ke ruang belanja. Di antara para pelanggan ada yang bertanya, kenapa hanya jualan telur?
Aku pikir, orang-orang bule itu malas menyiangi ayam sendiri. Akhirnya aku jual daging ayam segar juga. Yang terpenting, faktor higienisnya terjaga.
Lama-lama, atas usul para pelanggan juga, aku menjual kebutuhan rumah tangga. Semua barang dagangan tertata rapi. Jadilah warung sederhana dahulu, seperti yang lu lihat sekarang. Apa saja, ada.
‘Oom tidak berkehendak warung ini semakin membesar. Membiak, memperbanyak diri seperti yang lain?
‘Ada saatnya seseorang harus tahu arti kata cukup. Aku sudah membesarkan tempat ini sampai seperti sekarang. Hanya orang yang membutakan matanya dari kenyataan yang menyatakan aku ingin membonsainya.’
Wuuuuuuzzzzzzz. Dalem …
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com/detail/431476e510bc453da9d485636543b797?uc_param_str=dnvebichfrmintcpwidsudsvnwpflameefut&stat_entry=personal&comment_stat=1
loading...
Loading...
EmoticonEmoticon