Bob and Me : Bank

Loading...
Pada suatu masa, aku merasa begitu membenci bank. Ketika aku benar-benar membutuhkan bantuan, mereka enggan membantu karena mereka anggap aku belum bankable. 

Usahaku masih tertatih-tatih. Tingkat keuntungannya dianggap belum layak dikucuri pinjaman. Sejak saat itu, aku berjanji dalam hatiku sendiri, aku tidak akan pernah datang ke bank (untuk minta pinjaman).
Dan aku menepati janjiku. Tapi karena bank tahu aku bisa memutar uang mereka, bank lah yang mendatangiku. Kalau aku dendam, kedatangannya aku tolak mentah-mentah. 
‘Lu tahu kan, aku bukan pendendam?’
‘Justru dalam posisi seperti itu, kita bisa dapat banyak keuntungan. Rate bisa dapat lebih rendah. Jangka waktu bisa lebih panjang. 
Beberapa dokumen bahkan dibantu untuk dibuatkan. Dan ada banyak keuntungan lainnya.’
Saya hanya tersenyum. Begitulah oom. Dalam kondisi marah seperti apapun, tidak ada dendam. Saat itu kemarahannya tumpah, dan selesai. Nanti lah suatu saat saya cerita khusus soal ini.
Dari cerita di atas, saya belajar banyak soal komunikasi dan negosiasi. Saat kita dalam keadaan terdesak, posisi tawar kita rendah. 
Akibatnya, kalaupun keinginan kita diluluskan, ‘harganya’ akan ‘mahal’ sekali. Beda halnya jika kita dalam posisi di atas angin. Pihak yang punya uang pun bisa kita atur.
(Please, jangan fokus pada pinjaman banknya ya. Ini ilmu negosiasi. Urusan bank hanya contoh soal saja)

Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com/detail/21814942e2b54de7a6b5bf2c04f52742?uc_param_str=dnvebichfrmintcpwidsudsvnwpflameefut&stat_entry=personal&comment_stat=1
loading...
Loading...


EmoticonEmoticon