BISNISMU KETINGGALAN KERETA?

Loading...
Saya ingat sekitar tahun 1985 kalau ibu mengajak saya ke Jakarta tempat bapak saya bertugas, mendapatkan karcis kereta adalah perjuangan tersendiri yang penuh kenangan. 

Dari rumah kami di Berbah Jogja naik sepeda 1,5 km menuju jalan Wonosari KM8. Sepeda dititipkan di tukang tambal ban, terus kami naik angkutan umum 'tesen' menuju terminal Umbulharjo, terus pindah bis kota menuju Gondomanan, dilanjut naik becak menuju daerah Kintelan. 

Disana karcis pesanan dijual, karcis langsung cetak dengan ukuran mini tertera tanggal, nama kereta dan tujuannya, siap dijeglok petugas di dalam kereta dengan alat khusus yang memotong bagian pinggirnya. Perjuangan mendapatkan karcis itu nyaris sampai setengah hari, jauh, njelimet dan melelahkan..
Sudah tahun 2017, ternyata 32 tahun berlalu dunia banyak berubah. Cara mendapatkan tiket kereta (bukan karcis lagi nyebutnya) begitu mudahnya. Internet datang merubah segalanya. 

Dengan aplikasi yang ada di HP kita bisa memesan tiket dalam waktu kurang 5 menit disambi bobokan di kamar atau nongkrong di kamar mandi. Pilih keretanya, waktunya, tentukan tempat duduknya, bayar dengan jasa transfer... cling!!! Tiket masuk ke email dan siap diprint menjelang berangkat nanti di stasiun.
Dunia makin canggih, ketika bisnis kita tidak mengikuti maka bukan hanya "pacar yang ketinggalan kereta", kita pun akan gampang terlunta-lunta..

"Tapi itu mas, banyak warung makan yang buka sedjak tahun 80an dan tetap eksis sampai sekarang! Mereka gak pakai internet, tapi tetap dicari pelanggannya..."
Pasti ada yang bertanya begitu deh!

Itu namanya legenda dik! Mereka sudah makan asam garam sampai bibirnya mlonyoh selama 30 tahun dalam bisnisnya. Ilmu gethok tular (dari mulut ke mulut) tetap efektif melibas putaran waktu, ditambah sekarang pelanggan barunya anak-anak muda yang suka ngeksis memotret makanannnya lalu upload ke instagram, berdoa belakangan bahkan sering lupa, yang penting foto harus istimewaaa... di Jogja ada penjual gudeg tengah malam yang jualan 3 jam sudah ludes. 

Cobalah kesana, antrian anak muda gaul yang siap dengan jepretan kameranya. Simbah penjual gudeg gak kenal internet, tapi konsumen barunya yang membuat gudegnya ikut ngehits gak ketinggalan kereta..

Data tahun 2017 pengguna Facebook di Indonesia sudah 65 juta orang. Nomer 4 terbesar di dunia setelah Amerika, India dan Brazil. Dan Facebook menjelma jadi media iklan terbesar di dunia, membuat Mark Zuckerberg jadi anak muda terkaya di dunia. Dia memegang demografi kita dan jadi ladang buat segmentasi pasar iklan yang luar biasa.

Makanya kalo kamu bikin akun Facebook ditanya sama si Mark, lahir kapan? Jenis kelaminmu apa? Lahir dimana? Sekolahnya dimana? TK sampai kuliah lho ya! Hobinya apa? Minatmu apa? Sekarang domisili dimana? Dan pertanyaan detail lainnya..

Dan dari demografi itulah, kamu bisa memasang iklan di Facebook yang tiap hari digenggam dan dipelototi 65 juta orang di Indonesia! Sejak bangun tidur, di mobil, di kantor, di kampus, hingga nanti di kasur menjelang tidur.
Misal kamu punya toko jilbab di kota Malang, maka kamu bisa memilih iklanmu tayang di Malang saja, kepada anak-anak muda yang usianya 15-27 tahun, jenis kelamin wanita, dan mereka tinggal dengan jarak 5 km dari lokasi tokomu. Lalu bayar 300 ribu rupiah ke Mark Zuckerberg, dan blarrrrr!! Iklanmu akan tayang kepada sasarannya yang kamu pilih. Iklan jilbabmu tidak akan tayang di pedalaman Papua walaupun misal ada internet nyambung kesana.

Ada yang ngasih testimoni jualan casing HP di facebook dalam seminggu ludess ratusan item! Padahal hanya jualan dari rumah saja. Satu casing dia untung 30-50 ribu! Ongkos kirimpun ditanggung pemesan.

Ada penjual cincin nikah yang tembus omzet 200 juta perbulan, dan dia dengan sukarela membayar ke Mark Zuckerberg minimal 5 juta perbulan agar iklannya ditayangkan ke ribuan HP calon pengantin yang mau nikah. Inilah yang membuat banyak media cetak menjerit karena iklan makin berkurang, dan mau gak mau akhirnya gulung tikar.

Internet merubah segalanya, orang tenang walau pulsa tinggal 100 rupiah, yang penting paket data masih 5 Giga! Operator pun berlomba-lomba jualan paket data, kalau kemahalan langsung kena hack halaman webnya! Hehe
Di berbagai negara sopir taksi konvensional demo karena penghasilan terkikis kehadiran taksi online yang lebih mudah dan murah. Kemarin di TV saya lihat seorang pejabat di luar negeri mengatakan, "Taksi konvensional yang harus mengikuti perubahan jaman, dengan ikut membuat layanan online, bukan malah memaksa mau mundur ke belakang.."
Bagaimana dengan bisnismu?
Masih lesu termangu menunggu pelanggan tak kunjung datang?
Kuncinya satu.. MAU BELAJAR!
Bersahabatlah dengan teknologi baru untuk mendongkrak bisnismu!
Jangan sampai kereta kawanmu sudah melaju hingga 500km, sedangkan dirimu masih bingung cara memesan tiket kereta..
Salam,
@Saptuari
*diketik di atas Kereta Jogja-Malang
loading...
Loading...


EmoticonEmoticon