Loading...
Seorang anak dihadiahi satu set pensil warna berisikan 12 warna oleh orang tuanya. Hatinya senang girang tak terkira. Dibongkarlah kotak pensil baru itu untuk digunakannya menggambar dan mewarnai. Coretan demi coretan diayunkan dengan tegas dan yakin. Dia tengah membuat sebuah robot gundam yang dikaguminya. Hampir semua warna dia gunakan, hingga pada akhirnya dia mengambil pensil terakhir.
Digoreskannya. Namun tak ada jawaban. Digoreskannya lagi. Lebih keras. Tetap seperti tak ada apa-apa. Dicoretlah terus menerus kertas tempat dia berkarya; hingga pada akhirnya gambar sang robot yang hampir selesai sobek terkoyak. Anak itu pun menangis kesal. Mengapa coretannya tak berbekas sedikit pun di kertas itu? Pensil putih itu pun mulai dijatuhi vonis sebagai ‘pensil tak berguna’. Dilemparlah secara sembarang sang pensil itu. Dia mulai menggambar lagi.
Sesekali ibu dan ayahnya melihat dari jauh apa yang dilakukan putra semata wayangnya itu. Raut kekhawatiran muncul dari sang ayah. Namun isterinya tersenyum dan menenangkan kekasihnya.
“Mama ada ide nih, Pa.”
Ibu muda itu menghampiri anaknya,
“Sayang, lagi gambar apa? Waah, robot ya? Gagah sekali… Oh ya, mama punyakertas tambahan nih, kalau kurang pakai aja ya.”
Anak itu pun tersenyum menyambut kertas yang disodorkan ibunya. Tangannya mulai mengenggam kertas-kertas yang tampaknya agak berbeda itu. Mulailah dia menggambar kembali, dengan pensil-pensilnya yang masih runcing itu. Goresan-goresannya yang menari kuat masih menghiasi kertas, hingga dia pun mulai mendapatkan pengalaman baru.
Ada yang aneh dengan warnanya.
Kuning terlihat lebih cerah. Biru hampir tak terlihat. Merah tampak malu-malu menyala. Hitam? Tak berbekas. Seperti ditelan kertas yang memang berwarna hitam.
Wajah lucunya memberitahu kita, “Hmmm, tampaknya aku pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.”
Dia beranjak. Segera diambilnya pensil yang tadi dilempar. Lalu digoreskanlah pada kertas hitam itu…
Sang anak pun tersenyum; menggemaskan. Kini warna putih berbekas jelas tergores pada kertas.
***
Ada satu atau dua kali masanya, manusia merasakan hal-hal yang tak berguna muncul di hadapan. Apakah itu peristiwa, suasana, benda-benda, orang-orang, atau bahkan dirinya sendiri. Namun ketika kita mau merenungkan sejenak, sungguh tak ada satu pun ciptaan-Nya yang sia-sia. Mungkin kita tak mengerti sebabnya, namun yang jelas kita harus percaya bahwa selalu ada maksudnya.
Atau mungkin kita perlu merenungkan mengapa semua ini dicipta, agar kita mengerti dan kembali tersenyum; menertawakan kenaifan diri kita… dan mensyukuri semua hal yang dihadirkan-Nya.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًاوَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Ali Imran: 191)
Please bantu share ya ke orang-orang yang kamu cintai....
Sumber : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1477305352340561&id=141694892568287&substory_index=0
loading...
Loading...
EmoticonEmoticon