Cassandra Lin, Aksi Bocah 10 Tahun Mengubah Minyak Goreng Bekas Jadi Biodiesel

Cassandra Lin baru menginjak usia 10 tahun dan duduk di bangku sekolah dasar ketika memiliki ide membangun sebuah proyek untuk mengubah minyak goreng buangan menjadi bahan bakar.

Di usia yang masih sangat muda, Cassandra memang telah memiliki keinginan untuk melakukan hal nyata yang dapat membantu lingkungan sekitarnya. Baginya, usia bukanlah faktor penentu apakah seseorang benar-benar memiliki keinginan untuk membuat perbedaan atau tidak.
Melalui ide cemerlangnya, TGIF (Turn Grease Into Fuel) berdiri. Organisasi ini mengumpulkan minyak goreng bekas dari restoran-restoran untuk dapat didaur ulang dan diubah menjadi bahan bakar hayati (biodiesel) bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.

Cassandra dan timnya di Proyek TGIF telah ditampilkan dalam banyak artikel dan publikasi. Ia sendiri didaulat masuk dalam banyak daftar usahawan muda maupun yang berkaitan dengan lingkungan.
Yang paling bergengsi mungkin adalah daftar 25 Orang Muda Paling Berpengaruh di Dunia oleh Youth Service America. Pengakuan ini benar-benar menunjukkan bagaimana Cassandra begitu menginspirasi banyak orang.
Peduli Lingkungan
Lahir pada tahun 1998 di Westerly, Rhode Island, Cassandra tumbuh dalam sebuah keluarga yang memiliki dedikasi besar untuk membantu masyarakat.
Sifat dan kebiasaan sosial dalam keluarganya menular dalam diri Cassandra. Sedari kecil ia telah memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan berkeinginan membantu sesama dengan cara-cara yang tak banyak dipikirkan oleh gadis seusianya.
“Saya mendengar isu perubahan iklim yang semakin dahsyat. Saya menemukan bahwa penyebab utama masalah global ini adalah konsumsi manusia dari bahan bakar fosil. Kita membakar begitu banyak batu bara dan minyak sehingga dunia kita secara harfiah memanas,” jelasnya di kemudian hari.
“Tentu saja, sebagai seorang gadis muda di dunia yang besar ini, saya benar-benar merasa ngeri,” tambahnya, dilansir dari My Name My Story.
Ia menyadari tinggal di sebuah kota pantai kecil yang hanya memiliki waktu tempuh lima menit dari lautan. Jika pemanasan global dibiarkan berlanjut dengan laju saat itu, bagian-bagian dari kotanya dan banyak wilayah lain pada akhirnya bisa terendam air.
“Saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya akan melakukan segala upaya semampu saya untuk mencoba dan menghentikan permasalahan yang memburuk ini,” tekadnya.
Hal 'Kecil' di Usia 10 Tahun
Cassandra kemudian menghimpun teman-temannya dan membentuk tim layanan masyarakat yang berdedikasi untuk membantu masyarakat dan lingkungan pada saat yang bersamaan.
Kelompok mereka dinamakan tim WIN (Westerly Innovations Network), yang namanya diinspirasikan dari sebuah kelompok layanan masyarakat bentukan kakak laki-lakinya.
“Kemudian kami duduk di meja bundar, mencari tahu apa yang ingin kami capai. Apa yang bisa kami, anak-anak berusia delapan hingga sepuluh tahun, lakukan untuk membantu memecahkan masalah ini?” ujar Cassandra.
Layaknya kelompok ilmiah mereka berdiskusi dan bertukar pikiran. Mereka memahami bahwa pemanasan global dapat diperlambat dengan mengganti bahan bakar fosil dengan energi alternatif, seperti biodiesel.
Pada 2008, mereka berkesempatan menghadiri sebuah konferensi energi dan mempelajari bahwa minyak goreng buangan dapat dimurnikan menjadi bahan bakar hayati.
Namun, yang benar-benar menggerakkan kelompok mereka adalah sebuah artikel dalam surat kabar setempat. Artikel itu mengabarkan kegiatan amal para warga untuk memenuhi bantuan pemanas darurat bagi keluarga yang membutuhkan di tengah dinginnya New England.
Di sinilah, ide untuk TGIF bermula.
“Kami meningkatkan kesadaran akan pemanasan global dengan membagikan 6.300 selebaran, 4.500 kalender dapur, menayangkan PSA dengan COX Media dan membuat presentasi,” terang Cassandra.
Gaet Restoran dan Lobi Kencang
Dilansir Biodiesel Magazine, fokus awal Cassandra dan timnya ditujukan pada kampung halaman mereka di Westerly. Mereka mengunjungi restoran-restoran lokal dan mendorong perusahaan-perusahaan untuk berpartisipasi dalam program minyak goreng buangan (waste cooking oil).
Tak mudah memang bagi sebuah organisasi kecil berisikan sosok-sosok muda untuk menghadapi kerasnya dunia luar. Kelompok ini mendapati pertentangan karena banyak bisnis yang benar-benar menghasilkan pendapatan dengan menjual minyak bekas.
Cassandra turun tangan. Bocah ini melancarkan negosiasi cerdas. Perusahaan-perusahaan dapat berkontribusi sekitar 10% hingga 100% dari WCO mereka dan mempertahankan sisanya untuk dijual demi keuntungan.
Setelah melakukan banyak kunjungan serta bergulat dengan bermacam diskusi yang persuasif, Cassandra akhirnya mampu menggaet 132 restoran untuk berpartisipasi dalam program daur ulang WCO-nya.
Ia dan timnya menghubungi banyak perusahaan, di antaranya Grease Co., Newport Biodiesel, dan Guardian Fuel untuk membantu memurnikan dan mengolah minyak. Setiap bulannya, tim ini bisa mengumpulkan lebih dari 4.000 galon minyak bekas.
TGIF juga bekerja sama dengan organisasi-organisasi nirlaba lokal untuk mendistribusikan bahan bakar, khususnya kepada keluarga-keluarga yang kesulitan secara finansial dalam memenuhi kebutuhan untuk pemanas.
Prestasi Mengesankan
Bertahun-tahun kemudian, Cassandra telah mengembangkan metodenya serta memperluas jangkauan bantuannya ke komunitas-komunitas lain, di antaranya di Connecticut, Rhode Island, dan Massachusetts.
Dia juga telah mengembangkan sebuah toolkit, yang menyediakan dokumentasi untuk kelompok-kelompok lain untuk memulai proyek di komunitas mereka sendiri.
Semangat dan tekad Lin telah memberi manfaat bagi banyak keluarga dan lingkungan. Badan perlindungan lingkungan di Amerika Serikat (Environmental Protection Agency/EPA) memperkirakan adanya keseimbangan terhadap lebih dari 2 juta pon karbon dioksida karena penggunaan biodiesel WCO.
Prestasinya di usia muda yang sangat mengesankan bertambah. Ia menginisiasi dan membantu meloloskan Used Cooking Oil Recycling Act of 2011, sebuah aturan untuk daur ulang minyak goreng bekas, di Rhode Island.
Ia mampu meyakinkan Westerly School District untuk menjalankan bahan bakar hayati berdaur ulang serta berhasil menjalankan program TGIF-nya. Oleh banyak orang, Proyek TGIF serangkali disebut 'win-win solution'.
Namun di atas segala pencapaiannya, Cassandra ingin agar semua orang menyadari bahwa proyeknya adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan diraih oleh siapa pun di mana saja.
“Biodiesel dapat digunakan dalam banyak cara, sangat serbaguna. Ini menjawab banyak kebutuhan dan [program TGIF] benar-benar mudah untuk dimulai,” ucap Cassandra dalam suatu kesempatan.
Pemimpin Masa Depan
Cassandra kini berusia 20 tahun dan adalah seorang mahasiswa di salah satu kampus bergengsi, Stanford University. Namun, bukan berarti tekadnya untuk membuat perbedaan menjadi terhenti. Justru prestasinya semakin bergema.
Ia pernah didaulat sebagai salah satu peraih L'Oreal Paris Women of Worth. Penulis dan jurnalis kenamaan CNN, Anderson Cooper, bahkan menyebut Cassandra sebagai 'Young Hero'.
“Setelah melakukan program ini, saya merasa lebih sadar akan mereka yang kurang beruntung. Saya telah belajar banyak dari mereka dan dari pengalaman ini. Saya bisa melihat langsung dampak yang kami buat. Itu jelas mengubah saya,” ujar Cassandra dalam suatu wawancara, seperti dikutip The Extraordinary.
Sebagian orang mungkin berpikir bahwa untuk melakukan sesuatu yang baik bagi masyarakat, diperlukan banyak sumber daya, pelatihan, dan tenaga.
Terkadang kita berpikir harus memulai hal yang besar, dan karena itu pada akhirnya menjalani hidup tanpa mendapatkan kesempatan untuk membantu seseorang. Tapi ini jelas bukan pola pikir Cassandra.
Baginya, melakukan sesuatu yang baik untuk lingkungan di sekeliling Anda bisa dimulai dari tindakan baik kecil yang mungkin tampaknya tidak penting untuk ditawarkan. Ia juga percaya setiap anak adalah pemimpin masa depan.
“Sejak berusia muda, saya menyadari bahwa terkadang Anda tidak bisa menunggu perubahan untuk terjadi. Anda harus mewujudkannya, dan jadilah pahlawan Anda sendiri. Jika sekelompok anak usia 10 tahun dapat membuat perbedaan di dunia, Anda juga bisa!”

Sumber : http://entrepreneur.bisnis.com/read/20181012/265/848657/cassandra-lin-aksi-bocah-10-tahun-mengubah-minyak-goreng-bekas-jadi-biodiesel

Kisah Inspiratif Ferry Unardi Dirikan Traveloka Hingga Masuk ke Pasar Asia Tenggara

JAKARTA - Peluang di bisnis akomodasi dibaca dengan baik oleh Ferry Unardi. Setelah melihat kebutuhan pemesanan tiket untuk sebuah perjalanan semakin pesat, Ferry kemudian membuka Traveloka. Kini, bisnisnya menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
Traveloka dimulai pada tahun 2012. Saat itu dia melihat kebutuhan orang akan traveling dan pemesanan tiket pesawat mulai menuntut kemudahan untuk mengakses atau mencari tiket perjalanannya.

Setelah melihat internet di Indonesia yang sudah cukup maju, Ferry menilai bahwa Traveloka sebagai sebuah peluang yang harus dimanfaatkan untuk memberikan efisiensi kepada masyarakat.
"Perjalanan bisnis ini berangkat dari misi kami untuk memudahkan orang untuk mengatur perjalanan dengan menggunakan teknologi," kata Co-Founder dan CEO Traveloka, Ferry Unardi.
Ferry sengaja memulai Traveloka dari Indonesia. Sebelum berekspansi ke luar negeri, bisnis ini berfokus memberikan produk dan layanan perjalanan untuk memecahkan masalah mobilitas di dalam negeri.
Dua tahun awal berdiri, perusahaan ini berfokus pada satu produk yaitu pemesanan tiket pesawat. Perlahan mereka juga merilis layanan pemesanan kamar hotel dan meluncurkan aplikasi Traveloka pada 2014.
Sukses di dalam negeri, Traveloka kemudian memulai ekspansi ke beberapa negara Asia mulai 2015. Lima negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina.
Setelah enam tahun berdiri, Traveloka tidak hanya menjual produk travel saja tapi juga produk dan layanan gaya hidup sehingga aplikaei Traveloka menjadi one-stop booking platform untuk beragam produk travel dan lifestyle. Tidak hanya itu, Traveloka juga telah hadir di 6 negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
"Bisa dikatakan kami adalah perusahaan rintisan pertama yang ekspansi ke lima negara lain di Asia Tenggara dan mendapatkan respon yang baik oleh para pengguna kami di setiap marketnya," ujarnya.
Sejak mengekspansi bisnis, Ferry melihat bahwa setiap negara memiliki potensial dan kebutuhan yang berbeda. Traveloka kemudian melakukan pendekatan berdasarkan kebutuhan pengguna di masing-masing negara. Kini perusahaan asal Tanah Air bahkan mendapat respon positif dan menjadi pemimpin pada bisnis serupa di Thailand.
“Kami melakukan pendekatan yang berdasarkan dengan kebutuhan pengguna agar dapat membantu kami dalam menghadirkan produk dan layanan jasa yang tepat bagi pengguna,” katanya.
Sumber : http://entrepreneur.bisnis.com/read/20180916/265/838411/cerita-ferry-unardi-dirikan-traveloka-hingga-masuk-ke-pasar-asia-tenggara

Sukses Ala Jack Ma: Pentingnya Orang Bodoh dan Pelanggan

JAKARTA – Industri e-commerce tambah riuh dalam beberapa waktu terakhir. Pendiri Alibaba Group Holding Ltd., Jack Ma, secara resmi akan mengumumkan rencananya untuk pensiun dari perannya di raksasa e-commerce tersebut pada hari ini, Senin (10/9/2018).
Sejak mendirikan Alibaba pada tahun 1999 dengan 17 orang lainnya di Hangzhou, China, Jack Ma memang telah menjadi ikon perusahaan dan industri teknologi di Negeri Tirai Bambu.

Selama bertahun-tahun pula ia membagikan pemikiran yang telah membuatnya menjadi salah satu sosok paling dihormati di Tiongkok serta inspirasi bagi banyak buku. Seperti dilansir dari Bloomberg, berikut sebagian di antaranya:
Tentang pendekatan kepemimpinannya:
“Orang-orang cerdas membutuhkan orang bodoh untuk memimpin mereka. Ketika sekelompok ilmuwan memenuhi suatu tim, sebaiknya ada seorang petani untuk memberikan bimbingan. Cara berpikirnya [petani] berbeda. Lebih mudah untuk menang jika Anda memiliki orang-orang yang melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda.”
Tentang pentingnya peran wanita dalam manajemen:
“Wanita memahami hal yang membuat mereka lebih baik daripada pria, senjata terhebat yang diberikan Tuhan kepada mereka, adalah kelembutan. Mereka memahami toleransi.”
Tentang pentingnya ketekunan:
“Hari ini sulit, keesokannya lebih sulit, tetapi setelah itu akan indah."
Tentang tekad:
“Jika Anda tidak menyerah, Anda masih memiliki kesempatan. Menyerah adalah kegagalan terbesar.”
Tentang berjuang melawan upaya eBay untuk memasuki China:
“EBay mungkin adalah hiu di laut, tetapi saya buaya di Sungai Yangtze. Jika kami [Alibaba] bertarung di lautan, kami kalah. Tapi jika kami bertarung di sungai, kami menang.”
Tentang prioritas untuk manajemen:
“Pelanggan nomor satu, karyawan nomor dua, pemegang saham baru nomor tiga.”
Tentang gangguan para pesaing:
“Jangan fokus pada pesaing Anda, fokuslah pada pelanggan Anda.”
Tentang peran teknologi:
“Saya percaya bukan teknologi yang mengubah dunia. Mimpi di balik teknologilah yang mengubah dunia.”
Tentang mempekerjakan orang yang tepat:
“Kami tidak pernah kekurangan uang. Kami kekurangan orang dengan impian yang bisa mati untuk mimpi-mimpi itu.”
Tentang perspektif untuk pekerja muda:
“Jika orang muda kagum akan masa depan, bertindak sungguh-sungguh dengan masa kini, dan berterima kasih atas masa lalu, mereka akan memiliki peluang.”
Tentang kontrol internet di China dan keterlibatan perusahaan Barat:
“Facebook dan perusahaan-perusahaan lain, jika mereka datang ke negeri ini mereka harus mengikuti aturan dan hukum. Google, mereka pergi, kami tidak mengusir mereka. Ketika Anda melakukan bisnis di negara mana pun Anda harus mengikuti aturan dan hukum.”
Tentang strategi filantropi:
“Untuk melakukan filantropi dengan baik, Anda perlu menggunakan sarana komersial, seraya membawa jiwa filantropis; janganlah menggunakan sarana filantropi dan membawa jiwa yang komersial.”
Sumber : http://entrepreneur.bisnis.com/read/20180910/88/836770/sukses-ala-jack-ma-pentingnya-orang-bodoh-dan-pelanggan

Kisah Sukses & Inspiratif James Jebbia, "Pendiri Merk Supreme Yang Berharga Fantantis"

Biografi James Jebbia. Pernah mendengar merk Supreme? Supreme merupakan salah satu merk atau brand fashion streetwear terkenal di dunia. Supreme sebagai salah satu merk yang paling menghipnotis di dunia selain karena keunikan produknya juga karena produknya yang juga sangat terbatas atau langka.
Sehingga tidak mengherankan jika orang terutama kalangan anak muda rela merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk membeli produk dari Supreme ini.
Tidak banyak orang yang tahu tentang asal-usul brand Fashion ini, namun perlu diketahui bahwa orang dibelakang merk Supreme ini adalah James Jebbia yang dikenal sebagai pendiri brand Supreme yang terkenal ini. Berikut kamis sajikan Biografi James Jebbia dan sejarahnya dalam mendirikan Brand Supreme.

James Jebbia dilahirkan pada tanggal 22 Juli 1963 di Amerika Serika. Ayahnya bekerja sebagai tentara di Angkatan Udara Amerika Serikat, dan ibu bekerja sebagai seorang guru. Namun di usia 10 tahun, Orang tua dari James Jebbia bercerai.
Di usia 18 bulan, James yang masih balita pindah ke Inggris. Ia baru kembali ke Amerika saat ia berusia 19 tahun dan tinggal di kota New York pada tahun 1983 dan menyewa apartemen seharga 500 dollar kala itu.
Bekerja di Toko Pakaian dan Skate
James Jebbia kemudian mendapatkan pekerjaan di Parachute, sebuah toko pakaian dan skate terletak di SoHo, sebuah wilayah di Lower Manhattan, New York City.
Toko tempat James Jebbia bekerja memiliki banyak pelanggan tang terkenal seperti Michael Jackson dan juga Gary Numan. Namun tak lama kemudian, James Jebbia memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya dan ingin memulai bisnis sendiri.
Membuka Toko Tas Ransel
James jebbia kemudian membuka sebuah toko kecil di wilayah Broadway dan West 4th Street dengan pacarnya. Tokonya menjual dan membuat tas ransel.
Pada tahun 1989, James Jebbia membuka toko bernama Union di wilayah Spring Street, Lower Manhattan. Di sinilah, James Jebbia mulai menemukan passionnya dan mulai bahagia pekerjaannya.
James Jebbia berusaha mendapatkan hak untuk menjual brand tertentu di tokonya Union. Dalam sebuah kesempatan, ia bertemu dengan Shaun Stussy, pria yang mendirikan merk Eponymous. James Jebbia bersama dengan Shaun Stussy memulai hubungan kerjasama yang kuat. Ia juga mulai belajar dari Shaun bagaimana memasarkan sebuah merk.
Mendirikan Brand Merk Supreme
Suatu ketika Shawn Stussy menjual sebagian besar kepemilikan merknya. Hal ini membuat James Jebbia kemudian mendirikan brand merk sendiri dengan nama Supremeyang kala itu menyasar para penggemar skateboard di Amerika Serikat.

Para karyawan yang dipekerjakan oleh James Jebbia rata-rata merupakan para penggemar Skateboard. James Jebia ingin agar brand Supreme kala itu sebagai salah satu merk skate di Amerika.
Supreme Sebagai Merk Streetwear Terkemuka
Supreme dengan cepat menjadi salah satu merek streetwear underground terkemuka di Amerika Serikat. Strategi kesuksesan brand Supreme adalah Keunikan Supreme dalam memproduksi produk-produknya diproduksi dalam edisi dan jumlah yang terbatas.

Dalam biografi James Jebbia diketahui bahwa ia secara teratur berkolaborasi dengan merek-merek ternama lainnya seperti Comme des Garçons, Levi’s, Vans dan Louis Vuitton.
Selain itu ia juga berkolaborasi dengan artis-artis papan atas seperti Damien Hirst, Takashi Murakami dan Richard Prince, serta band-band seperti The Clash dan The Misfits. Kemitraan ini telah membantu Supreme menjadi ikon merk dalam budaya remaja atau anak muda.
James Jebbia menikah dengan seorang wanita bernama Bianca. Dari pernikahannya itu, ia memiliki dua anak yakni seorang anak laki-laki bernama Miles dan seorang gadis bernama Nina.
Mengapa Merk Supreme Sangat Populer dan Mahal?
…Yang paling penting bagi kami adalah memiliki produk-produk hebat di toko yang kami harap orang-orang akan suka apa yang mereka beli dan laku, dan kami terus bergerak. – James Jebbia
Dalam strategi bisnis, Ketika suatu produk tertentu dari salah satu perusahaan terbesar di dunia mengalami permintaan tinggi, maka perusahaan merespons dengan membuat lebih banyak produk tersebut. Dengan begitu lebih banyak permintaan yang berarti lebih banyak penjualan, dan lebih banyak keuntungan.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Supreme. Filosofi Supreme sangat sederhana yakni tidak pernah membuatnya lagi. Supreme sangat mementingkan eksklusivitas. Bagi James Jebbia dan Supreme suatu nilai produk akan meningkat jika diproduksi dalam jumlah terbatas.

Produk-produk yang dikeluarkan oleh Supreme sendiri seperti pakaian, tas, aksesoris dan banyak juga produk-produk unik misalnya batu bata, palu, dan lain-lain. Walaupun begitu produk produk tersebut sangat laku keras karena hanya di produksi terbatas dan eksklusif.
Para pembeli atau penggemar dari merk Supreme bahkan rela menunggu dengan mengantri berhari-hari ketika Supreme mengeluarkan produk baru yang terbatas jumlahnya. Eksklusivitas menciptakan kemewahan dan dengan demikian menciptakan nilai.
Sumber : https://www.biografiku.com/biografi-james-jebbia-pendiri-merk-supreme-yang-berharga-fantantis/

Kategori

Kategori